Rabu, 21 November 2012

anatomi tumbuhan


BAB I
PENDAHULUAN
1.1  LATAR BELAKANG
            Sebagai bangsa yang berada di wilayah tropis, seharusnya kita bersyukur. Karena banyak sekali tanaman yang tumbuh di Indonesia dari 4000an jenis tumbuhan, 3000 diantaranya ada di Indonesia seperti koes plus.
Diantara banyaknya tanaman tersebut ada beberapa diantaranya mempunyai khasiat mengobati penyakit, sebagai contoh: daunnya mirip daun singkong atau bahkan pepaye atau daun ganja.

            Pohon yodium ini mempunyai banyak sebutan terutama di daerah Indonesia. Di pulau Jawa ada yang menyebutnya dengan nama jarak cina, jarak tintir dan jarak gurita. Di daerah ternate mereka menyebutnya dengan nama balacai batai. Sedangkan nama ilmiah dari pohon yodium itu sendiri adalah Jatropha multifida L.

Tanaman obat dapat berkhasiat pada tubuh melalui sistem endokrin, kardiovaskuler, maupun pada sistem imun. Tanaman obat yang bekerja pada sistem imun tidak langsung bekerja sebagai efektor dalam menghadapi penyebab penyakit, tetapi melalui pengaturan  sistem imun, sehinggadigolongkan sebagai imunostimulator. Apabila tubuh mengalami infeksi dan mendapat pengobatan imunostimulator, maka imunostimulator tidak langsung memfagosit mikroorganisme, memacu sistem imun melalui mekanisme efektor sistem imun. Luka adalah rusaknya kulit dan gangguan jaringan-jaringan yang berada di dalamnya, seperti pembuluh darah, saraf, otot, selaput tulang dan kadang-kadang tulang itu sendiri.Apabila terjadi luka dan diabaikan, maka dapat terjadi infeksi

Mikroorganisme yang ada di sekeliling luka dapat masuk ke dalam tubuh sehingga kulit, jaringan pengikat, otot, saraf, pembuluh darah, tendon, dan selaput tulang dapat dijangkitinya. Getah jarak (Jatropha multifida L.) yang langsung diambil dari tanamannya banyak digunakan oleh masyarakat Aceh untuk mengobati luka baru. Kajian etnobotani jarak cina sebagai tanaman obat Kabupaten Pidie. Zat aktif yang terkandung dalam tanaman tersebut antara lain flavonoid, tanin, saponin dan alkaloid,enelitian terhadap manfaat tanaman obattersebut belum dibuktikan secara ilmiah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi getah jarak cina (Jatropha multifida ) penyembuhan luka terbuka.

1.2   RUMUSAN MASALAH
1.      Bagaimana Ciri – ciri dari pohon yodium?
2.      Apa Karakteristik dari pohon yodium ?
3.      Apa kandungan dari pohon yodium ?
4.      Bagaimana  Khasiat dan cara penyembuhan dari pohon yodium ?
5.      Bagaimana daya antibakteri getah Jatropha multifida L. terhadap pertumbuhan secara in vitro?
6.      Bagaimana analisis bioprospek Jatropha multifida L. Sebagai bahan baku biodiesel?
7.      Bagaimana analisis keberagaman Jatropha multifida L. ?
8.      Bagaimana cara memperbanyak tanaman jarak ?

1.3  MANFAAT
1.      Mengetahui ciri-ciri dari pohon yodium.
2.      Mengetahui karakteristik dari pohon yodium
3.      Mengetahui kandungan dari pohon yodium
4.      Mengetahui khasiat dan cara penyembuhan dari pohon yodium
5.      Mengetahui daya antibakteri getah Jatropha multifida L.
6.      Mampu melakukan analisis bioprospek terhadap Jatropha multifida L.
7.      Mampu menganalisis keberagaman Jatropha multifida L.
8.      Mengetahui cara perbanyakan dari tumbuhan Jatropha multifida L.
BAB II
PEMBAHASAN
1.    POHON YODIUM MENJADI OBAT LUKA

      
            Gambar 1: Jatropha multifida L.
            Indonesia sangat kaya dengan berbagai spesies flora. Sebanyak 40 ribu jenis flora yang tumbuh didunia, 30 ribu diantaranya tumbuh di Indonesia. Sekitar 26% telah dibudidayakan dan sisanya sekitar 74% masih tumbuh liar di hutan-hutan. Indonesia telah membudidayakan lebih dari 940 jenis spesies sebagai obat tradisional (Hernani, 2001).
Jatropha multifida L mengandung senyawa alkaloid jatrophine yang bisa digunakan untuk proses pembekuan darah, atau digunakan sebagai obat luka baru (Anonimous, 2005). Darah adalah jaringan tubuh yang berbeda dengan jaringan tubuh lain, berada dalam konsentrasi cair, beredar dalam suatu sistem tertutup yang dinamakan sebagai pembuluh darah dan menjalankan fungsi transport berbagai bahan serta fungsi homeostatis (Sadikin, 2001).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian konsentrasi getah batang tanaman yodium (Jatropha multifida L) terhadap lama waktu koagulasi darah secara In Vitro serta untuk mengetahui konsentrasi paling efektif pemberian getah batang tanaman yodium (Jatropha multifida L) terhadap lama waktu koagulasi darah secara In Vitro.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen sesungguhnya, populasi dalam penelitian ini adalah darah manusia golongan B, sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah darah manusia sebanyak 12 ml, teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara simple random sampling, variabel bebas dalam penelitian ini adalah berbagai konsentrasi getah batang tanaman yodium (Jatropha multifida L), sedang variabel terikat dalam penelitian ini adalah lama waktu koagulasi darah (detik) secara in vitro, yang menjadi variabel kontrol dalam penelitian ini adalah darah berasal dari satu individu (manusia), jumlah pengambilan darah setiap perlakuan sama 0,5 ml, waktu pengambilan darah sama yaitu pada waktu pagi pukul 07.00, suhu ruangan penelitian 37oC.
Rancangan penelitian ini adalah menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan Anava Satu Arah. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa ada pengaruh pemberian berbagai konsentrasi getah batang tanaman yodium (Jatropha multifida L) terhadap lama waktu koagulasi darah secara in vitro. Terjadinya koagulasi darah yang berbeda diakibatkan karena pemberian konsentrasi yang berbeda pula, terbukti pada konsentrasi 30% dan 50% yang berbeda nyata dengan perlakuan kontrol. Pada konsentrasi getah batang tanaman yodium 70% ialah paling efektif dengan rata-rata waktu 2,72 detik. Getah batang tanaman yodium dapat digunakan untuk penggumpalan darah dan dapat digunakan untuk mengobati luka baru.
       Sebagai bangsa yang berada di wilayah tropis, seharusnya kita bersyukur. Karena banyak sekali tanaman yang tumbuh di Indonesia dari 4000an jenis tumbuhan, 3000 diantaranya ada di Indonesia seperti koes plus.
       Diantara banyaknya tanaman tersebut ada beberapa diantaranya mempunyai khasiat mengobati penyakit, sebagai contoh: daunnya mirip daun singkong atau bahkan pepaye atau daun ganja.
       Pohon yodium ini mempunyai banyak sebutan terutama di daerah Indonesia. Di pulau Jawa ada yang menyebutnya dengan nama jarak cina, jarak tintir dan jarak gurita. Di daerah ternate mereka menyebutnya dengan nama balacai batai. Sedangkan nama ilmiah dari pohon yodium itu sendiri adalah Jatropha multifida L.

       Pohon ini mempunyai banyak sebutan yang berbeda-beda yaitu:
Nama ilmiah : Jatropha multifida L.
Nama asing  : Coral plant ( inggris ) dan miodine ( afrika )
Nama daerah Indonesia : Pohon yodium, jarak tintir, jarak cina, jarak gurita ( pulau jawa ), balacai batai ( ternate ).

Klasifikasi
Kingdom         : Plantae
Subkingdom    : Trecheobionta
Superdivisi      : Spermatophyta
Divisi               : Magnoliophyta
Kelas               : Magnoliopsida
Subkelas           : Rosidae
Ordo                 : Euphorbiales
Famili              : Euphorbiaceae
Genus              : Jatropha
Spesies            : Jatropha multifida L.
Sebagaimana di Thailand, di Indonesia ada lima spesies Jatropha yang dijumpai yaitu: J. curcas L. dan J.gossypifolia L. yang digunakan sebagai tanaman obat serta J. integerrima Jacq., J. multifida L. dan J. podagrica Hook. yang digunakan sebagai tanaman hias (Chayamarit et al., 2001, Hasnam, 2006).
          Sebagian genus ini mempunyai jumlah khromosom 2n=44; J. curcas sendiri tebagi dalam dua kelompok 2n=22 dan 2n=24. Studi karyologi dari Jatropha di Thailand menunjukkan bahwa kelima spesies tersebut memiliki perbedaan konfigurasi kromosom pada tahap meiosis. J. curcas. dan J. multifida menunjukkan kofigurasi 7 bivalen berbentuk cincin + 4 bivalen berbentuk batang; sedangkan J. integerrima Jacq dan J. podagrica menunjukkan konfigurasi berbentuk (6+5) dan (8+3) untuk bivalen cincin + 4 bivalen berbentuk batang; sedangkan kromosom J. gossypifolia terbagi rata 11 : 11. Berdasarkan konfigurasi kromosom dan bentuk morfologi J. curcas, J. multifida dan J. gossypifolia kelihatannya berkerabat erat (Soontornchainaksaeng dan Jenjittikul, 2003).
Spesies-spesies tersebut memiliki tampilan yang berbeda dengan Jatropha curcas dan dapat digunakan sebagai tanaman hias yang mempunyai nilai ekonomi tinggi. Bahkan untuk spesies Jatropha multifida atau dikenal dengan jarak terompet, atau jarak gembung mempunyai nilai ekspor sebagai jarak hias. Kebun Induk Jarak Pagar Pakuwon, di samping memiliki kebun koleksi jarak pagar dari berbagai daerah di Indonesia, juga mengkoleksi beberapa spesies jarak eksotik sebagai tanaman hias, diantaranya adalah J. multifida (jarak terompet atau jarak gembung), J. integrerrima (jarak yodium atau wali songo), dan J. glandulifera (jarak jitun atau jarak mangir).

Karena tanaman jarak tersebut masih dalam satu genus, fungsi sebagai tanaman hias dapat dibuat dengan menyambung atau menempel spesies yang satu dengan yang lainnya sehingga diperoleh tanaman hias yang unik dan eksotis. Teknik penyambungan atau penempelan (grafting) dilakukan dengan cara yang sangat sederhana, batang bawah dan batang atas dipilih dari spesies mana yang diinginkan dengan syarat tanaman jarak yang akan disambung atau digrafting telah berkayu (± berumur 3 bulan).



2.        Karakteristik
Pohon yodium ini merupakan tumbuhan menaun dan termasuk tumbuhan semak yang mempunyai akar tunggang. Tinggi tanaman bisa mencapai sekitar 2 meter. Mempunyai batang yang bulat dan berkayu. Pangkal batangnya membesar. Seluruh bagian dari tumbuhan ini bergetah dan bagian batang tampak jelas membekasnya dari batang daun yang telah gugur. Ketika masih muda batang berwarna hijau dan setelah tua menjadi putih kehijauan.

 Tanaman ini berdaun tunggal dengan warna hijau dan tersebar diseluruh batang. Daun berbentuk hati dengan ujung runcing dan pangkal membulat. Bunga tanaman ini bunga majemuk berbentuk malai dan mempunyai tangkai. Bunga muncul pada ujung cabang dengan panjang tangkai bunga sekitar 1,5 cm. batang bunga berwarna hijau dan jika tua berwarna coklat.

Sedangkan bunga berwarna merah. Benang sari bunga ada delapan buah dan kepala sari berbentuk tapak kuda disertai putik bunga tiga buah berukuran pendek. Tanaman ini mempunyai biji yang berbentuk bulat. Ketika biji masih muda warnanya putih dan akan menjadi berwarna coklat saat sudah tua.

Buah tanaman jarak pagar berbentuk bulat telur atau elips dengan panjang
± 2.54 cm (Heller 1996; Akintayo 2004) dan diameter 2-4 cm. Buah jarak terbagi
menjadi tiga ruang, masing-masing ruang berisi satu biji. Biji berbentuk bulat
lonjong dan berwarna coklat kehitaman. Panjang biji 2 cm dengan ketebalan
sekitar 1 cm. Biji mengandung minyak dengan kandungan sekitar 30-50% (Heller
1996).


     Gambar 2 : Bunga Jatropha multifida L.

3.    Kandungan
     Rasa pohon yodium ini agak pahit dan bersifat netral. Kandungan kimia yang dimiliki tanaman ini adalah Kampesterol, alpha amirin, stigmaterol, 7 alpha-diol, HCN dan beta-sitosterol, sedang kandungan pada batangnya adalah alkaloid (yang disebut-sebut penggumpal darah), flavonoid, saponin dan tannin.

4.    Khasiat dan Cara Penyembuhannya
1. Penyembuh bengkak akibat terpukul, terkilir dan patah tulang  ambil tujuh   helai daun segar dan cuci hingga bersih, lalu tumbuk sampai halus. Tambah dengan sedikit air hingga membentuk adonan dan oleskan pada bagian yang sakit.
2. Penyembuh Luka berdarah ambil daun segar atau batang dan oleskan getahnya pada luka baru yang sebelumnya luka dicuci dengan bersih.
3. Mencegah dan mengobati kerusakan gigi  ambil satu butir bijinya, tumbuk sampai halus dan seduh dengan segelas air panas. Gunakan untuk berkumur saat sudah dingin selama 3 hingga 5 menit. Lakukan tiga kali sehari. Perawatan tanaman yodium Perawatannya sangat mudah, hanya disiram rutin tiap hari dan jaga kelembapan tanahnya. Bila ingin tumbuh subur beri pupuk organic dan beri sinar matahari yang cukup.

5.        Daya anti bakteri getah  Jatropha multifida L. Terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus dan Streptococcus mutans secara in vitro

     Gambar 3: Daun Jatropha multifida L.

Tanaman obat dapat berkhasiat pada tubuh melalui sistem endokrin, kardiovaskuler, maupun pada sistem imun. Tanaman obat yang bekerja pada sistem imun tidak langsung bekerja sebagai efektor dalam menghadapi penyebab penyakit, tetapi melalui pengaturan  sistem imun, sehinggadigolongkan sebagai imunostimulator. Apabila tubuh mengalami infeksi dan mendapat pengobatan imunostimulator, maka imunostimulator tidak langsung memfagosit mikroorganisme, memacu sistem imun melalui mekanisme efektor sistem imun. Luka adalah rusaknya kulit dan gangguan jaringan-jaringan yang berada di dalamnya, seperti pembuluh darah, saraf, otot, selaput tulang dan kadang-kadang tulang itu sendiri.Apabila terjadi luka dan diabaikan, maka dapat terjadi infeksi

Mikroorganisme yang ada di sekeliling luka dapat masuk ke dalam tubuh sehingga kulit, jaringan pengikat, otot, saraf, pembuluh darah, tendon, dan selaput tulang dapat dijangkitinya. Getah jarak (Jatropha multifida L.) yang langsung diambil dari tanamannya banyak digunakan oleh masyarakat Aceh untuk mengobati luka baru. Kajian etnobotani jarak cina sebagai tanaman obat Kabupaten Pidie. Zat aktif yang terkandung dalam tanaman tersebut antara lain flavonoid, tanin, saponin dan alkaloid,enelitian terhadap manfaat tanaman obattersebut belum dibuktikan secara ilmiah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi getah jarak cina (Jatropha multifida ) penyembuhan luka terbuka.

Obat tradisional adalah media pengobatan yang menggunakan tanaman dengan kandungan bahan-bahan alamiah sebagai bahan bakunya.  Metode ini  sangat erat kaitannya  dengan  tradisi  nenek moyang   pada   zaman  dahulu,  ketika   proses   pengobatan   masih dilakukan     secara     primitif     denganmenggunakan     berbagai     jenis tanaman yang diyakini mempunyai khasiat obat. Oleh karena itu, obat ini disebut dengan obat tradisional. Berbagai jenis tanaman yang berkhasiat  obat sebenarnya  banyak  yang  dapat  diperoleh  di sekitar kita,  seperti  di halaman  rumah,  pinggir  jalan atau  di dapur  sebagai bahan atau bumbu masakan (Redaksi AgroMedia, 2006).

Pengobatan dengan menggunakan obat tradisional hasilnya memang tidak secepat dengan obat-obatan pabrik. Waktu penyembuhan  dengan  obat tradisional lebih  lama  jika dibandingkan dengan  waktu  penyembuhan dengan  pengobatan  secara  modern, karena sifat pengobatan dengan obat tradisional adalah konstruktif. Artinya,   pengobatan      dilakukan     untuk     memperbaiki   bagian yang terserang secara perlahan, tetapi menyeluruh. Sedangkan pengobatan modern  bersifat  destruktif.  Artinya,  pengobatan   dilakukan   dengan cepat,  karena  menggunakan  obat-obat  kimiawi  dengan dosis  cukup tinggi,  belum tentu cocok  dan  aman  untuk  bagian  tubuh lainnya (Redaksi AgroMedia, 2006).

Efek samping  yang  terkandung  dalam obat  tradisional  jarang jika dibanding dengan obat-obatan medis modern. Alasannya, bahan bakunya sangat  alami atau tidak bersifat  kimiawi.  Selama  mengikuti takaran yang dianjurkan, proses pembuatannya higienis dan cara penyimpanan baik, niscaya efek samping negatif obat tradisional tidak perlu dikhawatirkan. Dengan demikian, dalam membuat obat tradisional  harus benar-benar  diperhatikan  tata cara pembuatan  dan takarannya.  Selain  itu, cara  pemakainnya  juga  harus  tepat,  dipakai dengan  cara  dioles,  dibalutkan  atau  diminum  (Redaksi  AgroMedia, 2006).

Salah satu tanaman yang dapat digunakan sebagai obat tradisional    adalah tanaman jarak cina  (Jatropha multifida L.). Masyarakat sering menyebutnya dengan nama Yodium. Tumbuhan ini sering ditemukan pada pagar-pagar. Biasanya tanaman ini ditanam sebagai  tanaman  hias  (Heyne,  1987).  Selain itu,  biji,  daun dan batangnya sering digunakan untuk mengobati     luka      berdarah, mencegah dan mengobati kerusakan gigi seperti karies gigi (Hariana, 2008). Serta, getahnya  juga dapat digunakan  untuk mengobati bisul (Atjung, 1985).

Staphylococcus aureus merupakan salah satu bakteri penyebab bisul (Bonang  dan  Koeswardono,  1982).  Bisul  terjadi  karena  infeksi kulit  akibat  bakteri Staphylococcus.  Bakteri masuk  ke  dalam  kulit melalui kelenjar minyak, kelenjar keringat dan kantong rambut. Infeksi yang ditimbulkan  mengakibatkan radang yang berisi nanah (Redaksi AgroMedia, 2008).

Staphylococcus aureus adalah bakteri berbentuk kokus, bersifat gram   positif, tidak   bergerak,   ditemukan   satu-satu,   berpasangan, berantai pendek atau bergerombol (Bonang dan Koeswardono, 1982). Staphylococcus aureus merupakan  kuman  yang patogen  dan sering menimbulkan infeksi rongga mulut, kulit dan hidung (Gupte, 1990).

Streptococcus mutans merupakan salah satu bakteri yang dapat menimbulkan karies gigi (Jawetz, Melnick, dan Adelberg, 1996). Streptococcus mutans termasuk ke dalam Streptococcus viridans yang bersifat hemolitik-alfa atau nonhemolitik. Bakteri ini merupakan bakteri yang paling umum sebagai flora normal pada saluran pernapasan atas dan   berperan   penting   untuk   mempengaruhi   kesehatan   membran mukosa yang terdapat di sana. Streptococcus mutans mensintesis banyak polisakarida seperti dekstran atau levans dari sukrosa dan mempunyai   peran penting  pada  proses   pembentukan   karies  gigi (Jawetz, Melnick dan Adelberg, 2005).

       Karies gigi adalah suatu kerusakan gigi yang dimulai pada permukaan gigi dan berkembang ke arah dalam. Mula-mula permukaan email yang keseluruhannya nonseluler, mengalami demineralisasi. Hal ini terjadi akibat pengaruh asam hasil peragian bakteri. Dekomposisi gigi dan semen yang terjadi selanjutnya meliputi pencernaan matriks protein oleh bakteri ( Jawetz, Melnik, dan Adelberg, 1996).

       Jarak cina memilki kandungan kimia yang bermanfaat yaitu a-amirin, kampesterol, 7a- diol, B-sitosterol, dan HCN. Batang jarak cina mengandung alkaloid, saponin, flavonoid, tannin. Kandungan zat aktif tanaman jarak cina yang berupa flavoid, tannin, saponin, dan alkaloid ini dapat berfungsi sebagai anti mikroba ( Prabaningtyas, Suarsini, Witjoro,2006).
       Alkaloid adalah senyawa pahit yang dapat memperlambat pertumbuhan bakteri ( Robinson. 1995). Saponin mempunyai alat seperti sabun yang dapat melarutkan kotoran, dapat digunakan sebagai antiinflamasi (peradangan) dan anti mikroba ( Zakaria, 2008).

       Flavonoid berfungsi sebagai anti bakteri dengan cara membentuk senyawa kompleks terhadap protein ekstraseluler yang mengganggu intregitas membran sel bakteri ( Cowan, 1999). Tanin mempunyai daya antibakteri dengan mempresipitasi protein secara aktif dan merusak membran sel dengan cara menurunkan tegangan permukaannya ( Waluyo,2004).

       Efektifitas antibakteri terhadap spesies bakteri berbeda antara yang satu dengan yang lain. Sensivitas setiap patogen terhadap suatu antibakteri harus diuji dengan berbagai konsentrasi untuk menentukan tingkat konsentrasi yang menyebabkan pertumbuhan bakteri tersebut terhambat atau mati. Dengan pengujian tersebut dapat diketahui apakah bakteri tersebut masih sensitif atau telah resisten terhadap suatu antibiotika. Uji itu berguna untuk menentukan pengobatan yang kuat terhadap bakteri patogen penyebab penyakit infeksi.

       Pengujian tersebut biasanya dilakukan secara in vitro dengan menggunakan metode difusi cakram atau dengan cara dilusi ( Tim Mikrobiologi Fakultas Kedokteran  Universitas Brawijaya,2003).

       Berdasarkan uji pendahuluan yang telah dilakukan dengan menggunakan getah jarak cina ( Jatropha multifida L. ) pada konsentrasi 60%,70%,80%,90% dan 100% dapat berfungsi sebagai anti bakteri terhadap pertumbuhan Staphylococcus  aureus dan Streptococcus mutans.

       Berdasarkan latar belakang tersbut, peneliti tertarik untk melakukan suatu penelitian tentang “ Daya Antibakteri Getah Jarak Cina (Jatropha multifida L. ) Terhadap Pertumbuhan Staphylococcus  aureus dan Streptococcus mutans secara In Vitro”.



6.        Analisis Bioprospek Jatropha multifida L. dan Jatropha gossypifolia L. Sebagai Bahan Baku Biodisel

       Dunia saat ini menghadapi dua masalah utama yaitu kelangkaan bahan bakar dan pemanasan global. Menurut World Environment Forum, bumi diprediksi akan kehabisan bahan bakar minyak berbasis fosil, batu bara dan gas dalam waktu kurang dari sepuluh dekade lagi. Bahan bakar fosil diduga merupakan salah satu penyebab pemanasan global, karena dapat meningkatkan emisi gas karbon dioksida yang menyebabkan kesetimbangan karbon di alam menjadi rusak.

       Biodisel merupakan salah satu bahan bakar alternatif yang dapat mengurangi masalah tersebut. Biodisel bersifat terbarukan sehingga menjamin ketersediaan bahan baker. Selain itu biodisel juga bersifat ramah lingkungan karena dapat terurai dan dapat mengurangi emisi gas karbon dioksida. Pada penelitian ini dilakukan analisis terhadap dua tanaman dari suku Euphorbiaceae yaitu Jatropha multifida dan  Jatropha gossypifolia untuk mengetahui prospek spesies tersebut sebagai bahan baku biodisel.

     Metode penelitian yang digunakan adalah analisis produktivitas minyak dengan estimasi berat biji yang dihasilkan per hektar. Selanjutnya minyak yang diperoleh dianalisis melalui penentuan asam lemak dengan alat GCMS (Gas Cromatography Mass Spectrophotometer); penentuan angka penyabunan dan penentuan angka asam dengan metode titrimetri; serta penentuan angka iod dengan metode Hanus.

       Hasil penelitian menunjukkan bahwa produktivitas minyak Jatropha multifida (0,26 ton/hektar) lebih tinggi daripada produktivitas Jatropha gossypifolia (0,03 ton/hektar). Jatropha multifida juga memiliki kandungan minyak yang lebih tinggi yaitu 41,40%, jika dibandingkan dengan kandungan minyak pada Jatropha gossypifolia yang hanya 24,46%.

       Hasil analisis GCMS menunjukkan bahwa minyak Jatropha multifida memiliki komposisi senyawa yang lebih sedikit yaitu terdiri dari 7 senyawa, sedangkan komposisi minyak Jatropha gossypifolia terdiri dari 10 senyawa. Angka penyabunan minyak Jatropha multifida lebih tinggi yaitu 221 mg KOH/g dibandingkan angka penyabunan Jatropha gossypifolia yang hanya 197 mg KOH/g. Minyak Jatropha multifida memiliki angka asam (0,6 mg KOH/g) yang lebih rendah daripada angka asam Jatropha gossypifolia (6 mg KOH/g).

       Akan tetapi, minyak Jatropha multifida memiliki angka iod yang lebih tinggi yaitu 133 g-I2/100 g daripada angka iod minyak Jatropha gossypifolia yaitu 129 g-I2/100 g. Berdasarkan hasil analisis kandungan minyak, produktivitas minyak, penetapan angka penyabunan serta angka asam dapat disimpulkan bahwa Jatropha multifida lebih berprospek untuk dikembangkan sebagai bahan baku biodisel dibandingkan Jatropha gossypifolia.
      
      
            Gambar 4 : Tanaman Jatropha multifida L.
7.        Analisis Keragaman

Keragaman tanaman secara umum dapat dikaji melalui pendekatan morfologi, biokimia dan molekuler. Penanda morfologi merupakan wujud nyata dari keragaman fenotipik. Namun penanda ini memiliki kelemahan karena dipengaruhi oleh lingkungan. Keterbatasan penanda morfologi adalah hanya mampu membedakan keragaman visual, untuk itu diperlukan penanda lainnya yang diharapkan memberikan hasil yang lebih akurat.

Dasar dari penanda molekuler adalah polimorfisme protein atau DNA. Terdapat berbagai penanda 10 DNA yang telah digunakan untuk analisis keragaman seperti RAPD (Random Amplified Polymorphic DNA), AFLP (Amplified Fragment Length Polymorphism), SSR (Simple Sequence Repeat), ISSR (Inter Simple Sequence Repeats), RAF (Randomly Amplified DNA Fingerprinting), dan analisis isozim.

RAPD merupakan marka dominan yang dapat diaplikasikan pada sejumlah besar sampel dengan cara relatif sederhana, cepat, dan murah. Penanda ini memiliki panjang primer 10 bp, yang dapat menempel secara acak pada situs target homolognya dalam genom.

SSR digunakan sebagai penanda karena mudah dan relatif murah (pada tahapan setelah ditemukan primer spesifiknya), keberadaannya melimpah dan tersebar di seluruh genom tanaman, dan dengan sampel dalam jumlah sedikit, mencukupi untuk amplifikasi dengan PCR (Ribaut et al. 2002).

ISSR merupakan marka yang berkembang lebih akhir dibanding RAPD dan RFLP digunakan untuk mempelajari keragaman genetik pada tanaman.

AFLP merupakan penggabungan dari RFLP dan RAPD, berdasarkan pada amplifikasi PCR selektif fragmen restriksi dari pemotongan total DNA genomik.
Isozim atau isoenzim adalah enzim yang mempunyai bentuk polimorfik dalam suatu organisme atau spesies tanaman yang sama tetapi mengkatalisis metabolisme yang sama.

8.        Perbanyakan Tanaman Jarak

Perbanyakan tanaman jarak cina ini dapat dilakukan secara generatif dengan biji maupun vegetatif dengan stek batang. Perbanyakan jarak pagar dapat dilakukan secara generatif dengan biji (biji) secara langsung atau pembibitan sebelum penanaman) (Achten et al. 2008), secara vegetatif dengan stek (Swamy dan Singh 2006; Fieke et al. 2007) atau melalui kultur jaringan (in vitro) (Datta et al. 2007).

Eksplan yang dapat digunakan dalam perbanyakan kultur jaringan jarak pagar yaitu bagian hipokotil, epikotil, pucuk, daun, dan tangkai daun (Sujatha dan Mukta 1996; Wei Qin et al. 2004). Perbanyakan vegetatif dapat berasal dari stek cabang maupun stek pucuk. Penggunaan stek cabang sebagai bahan tanaman perlu memperhatikan diameter, umur yang dicirikan dengan berkayu dan belum berkayu dan panjang stek. Stek cabang yang cukup baik pertumbuhannya adalah stek yang berdiameter 2 cm, berkayu berwarna hijau keabu-abuan (Ferry 2006).

 Menurut Santoso (2009) pertumbuhan dan perkembangan tanaman jarak pagar yang berasal dari biji dan stek batang memiliki pertumbuhan vegetatif (tinggi tanaman, jumlah daun dan jumlah cabang skunder) yang sama. Tanaman berasal dari stek lebih cepat berbunga dibandingkan tanaman dari biji. Namun menurut Heller (1996), perbanyakan tanaman dari stek menunjukkan umur yang lebih pendek dan ketahanan kekeringan dan penyakit yang lebih rendah dibanding tanaman yang diperbanyak dari biji.

Hal ini menurut Kumar dan Sharma (2008) mungkin disebabkan tanaman yang dihasilkan dari stek tidak menghasilkan akar tunggang. Tanaman dari stek menghasilkan akar-tunggang palsu yang dapat menembus hanya 1/2 atau 2/3 kedalaman tanah dibandingkan akar tunggang yang dihasilkan tanaman yang tumbuh dari biji. Sebagai tanaman menyerbuk silang, tanaman jarak pagar membutuhkan agensia polinator (biasanya serangga) untuk memfasilitasi terjadinya penyerbukan silang. Aktivitas polinator yang tinggi akan mendukung terjadinya persilangan antar indvidu tanaman (Heliyanto 2007).

Adikadarsih dan Hartono (2007) mengemukakan bahwa penggunaan biji jarak pagar untuk benih harus berasal dari buah yang berwarna kuning hingga kuning kehitaman karena memiliki daya berkecambah dan daya tumbuh yang tinggi yaitu masing-masing 89% dan 81%. Biji jarak pagar merupakan biji berkeping dua (dikotil). Secara umum biji jarak tersusun atas kulit dan isi biji yang di dalamnya terdapat embrio. Proporsi kulit menempel sekitar 28.82% dari biji, dan isi sekitar 71.19%. Isi biji terdiri atas embrio, kotiledon atau daun bji dan endosperma (Santoso et al. 2007).

Tanaman jarak pagar termasuk dalam famili Euphorbiacae, di mana genus Jatropha memiliki 175 spesies. Dari jumlah tersebut  lima spesies ada di Indonesia, yaitu Jatropha curcas L dan Jatropha gossypiifolia yang sudah digunakan sebagai tanaman obat. sedangkan Jatropha  integerrima Jacq, Jatropha multifida dan Jatropha podagrica Hook digunakan sebagai tanaman hias. Dalam perkembangan dewasa ini, species Jatropha curcas L. menarik minat karena sifat minyaknya yang dapat digunakan untuk substitusi minyak diesel dan dapat dimanfaatkan sebagai bahan biodiesel.