BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Sebagai bangsa yang berada di wilayah tropis, seharusnya
kita bersyukur. Karena banyak sekali tanaman yang tumbuh di Indonesia dari
4000an jenis tumbuhan, 3000 diantaranya ada di Indonesia seperti koes plus.
Diantara banyaknya
tanaman tersebut ada beberapa diantaranya mempunyai khasiat mengobati penyakit,
sebagai contoh: daunnya mirip daun singkong atau bahkan pepaye atau daun ganja.
Pohon
yodium ini mempunyai banyak sebutan terutama di daerah Indonesia. Di pulau Jawa
ada yang menyebutnya dengan nama jarak cina, jarak tintir dan jarak gurita. Di
daerah ternate mereka menyebutnya dengan nama balacai batai. Sedangkan nama
ilmiah dari pohon yodium itu sendiri adalah Jatropha
multifida L.
Tanaman
obat dapat berkhasiat pada tubuh melalui sistem endokrin, kardiovaskuler,
maupun pada sistem imun. Tanaman obat yang bekerja pada sistem imun tidak
langsung bekerja sebagai efektor dalam menghadapi penyebab penyakit, tetapi
melalui pengaturan sistem imun,
sehinggadigolongkan sebagai imunostimulator. Apabila tubuh mengalami infeksi
dan mendapat pengobatan imunostimulator, maka imunostimulator tidak langsung
memfagosit mikroorganisme, memacu sistem imun melalui mekanisme efektor sistem
imun. Luka adalah rusaknya kulit dan gangguan jaringan-jaringan yang berada di
dalamnya, seperti pembuluh darah, saraf, otot, selaput tulang dan kadang-kadang
tulang itu sendiri.Apabila terjadi luka dan diabaikan, maka dapat terjadi
infeksi
Mikroorganisme yang ada di sekeliling
luka dapat masuk ke dalam tubuh sehingga kulit, jaringan pengikat, otot, saraf,
pembuluh darah, tendon, dan selaput tulang dapat dijangkitinya. Getah jarak (Jatropha multifida L.) yang langsung
diambil dari tanamannya banyak digunakan oleh masyarakat Aceh untuk mengobati
luka baru. Kajian etnobotani jarak cina sebagai tanaman obat Kabupaten Pidie.
Zat aktif yang terkandung dalam tanaman tersebut antara lain flavonoid, tanin,
saponin dan alkaloid,enelitian terhadap manfaat tanaman obattersebut belum
dibuktikan secara ilmiah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi
getah jarak cina (Jatropha multifida ) penyembuhan luka terbuka.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana
Ciri – ciri dari pohon yodium?
2. Apa
Karakteristik dari pohon yodium ?
3. Apa
kandungan dari pohon yodium ?
4. Bagaimana Khasiat dan cara penyembuhan dari pohon
yodium ?
5. Bagaimana
daya antibakteri getah Jatropha multifida
L. terhadap pertumbuhan secara in vitro?
6. Bagaimana
analisis bioprospek Jatropha multifida L.
Sebagai bahan baku biodiesel?
7. Bagaimana
analisis keberagaman Jatropha multifida
L. ?
8. Bagaimana
cara memperbanyak tanaman jarak ?
1.3 MANFAAT
1. Mengetahui
ciri-ciri dari pohon yodium.
2. Mengetahui
karakteristik dari pohon yodium
3. Mengetahui
kandungan dari pohon yodium
4. Mengetahui
khasiat dan cara penyembuhan dari pohon yodium
5. Mengetahui
daya antibakteri getah Jatropha multifida
L.
6. Mampu
melakukan analisis bioprospek terhadap Jatropha
multifida L.
7. Mampu
menganalisis keberagaman Jatropha
multifida L.
8. Mengetahui
cara perbanyakan dari tumbuhan Jatropha
multifida L.
BAB II
PEMBAHASAN
1. POHON YODIUM MENJADI OBAT LUKA
Gambar 1: Jatropha multifida
L.
Indonesia
sangat kaya dengan berbagai spesies flora. Sebanyak 40 ribu jenis flora yang
tumbuh didunia, 30 ribu diantaranya tumbuh di Indonesia. Sekitar 26% telah
dibudidayakan dan sisanya sekitar 74% masih tumbuh liar di hutan-hutan.
Indonesia telah membudidayakan lebih dari 940 jenis spesies sebagai obat
tradisional (Hernani, 2001).
Jatropha multifida L mengandung senyawa
alkaloid jatrophine yang bisa digunakan untuk proses pembekuan darah, atau
digunakan sebagai obat luka baru (Anonimous, 2005). Darah adalah jaringan tubuh
yang berbeda dengan jaringan tubuh lain, berada dalam konsentrasi cair, beredar
dalam suatu sistem tertutup yang dinamakan sebagai pembuluh darah dan
menjalankan fungsi transport berbagai bahan serta fungsi homeostatis (Sadikin,
2001).
Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian konsentrasi getah batang tanaman yodium (Jatropha
multifida L) terhadap lama waktu koagulasi darah secara In Vitro serta untuk
mengetahui konsentrasi paling efektif pemberian getah batang
tanaman yodium (Jatropha multifida L) terhadap lama
waktu koagulasi darah secara In Vitro.
Jenis
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen sesungguhnya,
populasi dalam penelitian ini adalah darah manusia golongan B, sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah darah manusia sebanyak 12 ml, teknik
pengambilan sampel dilakukan dengan cara simple random sampling, variabel bebas
dalam penelitian ini adalah berbagai konsentrasi getah batang
tanaman yodium (Jatropha multifida L), sedang variabel
terikat dalam penelitian ini adalah lama waktu koagulasi darah (detik) secara
in vitro, yang menjadi variabel kontrol dalam penelitian ini adalah darah
berasal dari satu individu (manusia), jumlah pengambilan darah setiap perlakuan
sama 0,5 ml, waktu pengambilan darah sama yaitu pada waktu pagi pukul 07.00,
suhu ruangan penelitian 37oC.
Rancangan
penelitian ini adalah menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan Anava
Satu Arah. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa ada pengaruh pemberian
berbagai konsentrasi getah batang tanaman yodium (Jatropha multifida L) terhadap lama waktu koagulasi
darah secara in vitro. Terjadinya koagulasi darah yang berbeda diakibatkan
karena pemberian konsentrasi yang berbeda pula, terbukti pada konsentrasi 30%
dan 50% yang berbeda nyata dengan perlakuan kontrol. Pada konsentrasi getah batang tanaman yodium 70% ialah
paling efektif dengan rata-rata waktu 2,72 detik. Getah batang
tanaman yodium dapat digunakan untuk penggumpalan darah
dan dapat digunakan untuk mengobati luka baru.
Sebagai bangsa yang berada di wilayah
tropis, seharusnya kita bersyukur. Karena banyak sekali tanaman yang tumbuh di
Indonesia dari 4000an jenis tumbuhan, 3000 diantaranya ada di Indonesia seperti
koes plus.
Diantara banyaknya tanaman tersebut ada
beberapa diantaranya mempunyai khasiat mengobati penyakit, sebagai contoh:
daunnya mirip daun singkong atau bahkan pepaye atau daun ganja.
Pohon
yodium ini mempunyai banyak sebutan terutama di daerah Indonesia. Di pulau Jawa
ada yang menyebutnya dengan nama jarak cina, jarak tintir dan jarak gurita. Di
daerah ternate mereka menyebutnya dengan nama balacai batai. Sedangkan nama
ilmiah dari pohon yodium itu sendiri adalah Jatropha
multifida L.
Pohon
ini mempunyai banyak sebutan yang berbeda-beda yaitu:
Nama ilmiah : Jatropha multifida L.
Nama asing : Coral plant ( inggris ) dan miodine (
afrika )
Nama daerah Indonesia : Pohon yodium,
jarak tintir, jarak cina, jarak gurita ( pulau jawa ), balacai batai ( ternate
).
Klasifikasi
Kingdom
: Plantae
Subkingdom : Trecheobionta
Superdivisi : Spermatophyta
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Subkelas : Rosidae
Ordo : Euphorbiales
Famili
: Euphorbiaceae
Genus
: Jatropha
Spesies
: Jatropha multifida L.
Sebagaimana di Thailand, di Indonesia ada lima
spesies Jatropha yang dijumpai yaitu: J. curcas L. dan J.gossypifolia
L. yang digunakan sebagai tanaman obat serta J. integerrima Jacq., J.
multifida L. dan J. podagrica Hook. yang digunakan sebagai tanaman
hias (Chayamarit et al., 2001, Hasnam, 2006).
Sebagian genus ini mempunyai jumlah khromosom 2n=44; J.
curcas sendiri tebagi dalam dua kelompok 2n=22 dan 2n=24. Studi karyologi
dari Jatropha di Thailand menunjukkan bahwa kelima spesies tersebut
memiliki perbedaan konfigurasi kromosom pada tahap meiosis. J. curcas.
dan J. multifida menunjukkan kofigurasi 7 bivalen berbentuk cincin + 4
bivalen berbentuk batang; sedangkan J. integerrima Jacq dan J.
podagrica menunjukkan konfigurasi berbentuk (6+5) dan (8+3) untuk bivalen
cincin + 4 bivalen berbentuk batang; sedangkan kromosom J. gossypifolia terbagi
rata 11 : 11. Berdasarkan konfigurasi kromosom dan bentuk morfologi J.
curcas, J. multifida dan J. gossypifolia kelihatannya
berkerabat erat (Soontornchainaksaeng dan Jenjittikul, 2003).
Spesies-spesies tersebut memiliki tampilan yang berbeda
dengan Jatropha curcas dan dapat digunakan sebagai tanaman hias yang mempunyai
nilai ekonomi tinggi. Bahkan untuk spesies Jatropha multifida atau dikenal
dengan jarak terompet, atau jarak gembung mempunyai nilai ekspor sebagai jarak
hias. Kebun Induk Jarak Pagar Pakuwon, di samping memiliki kebun koleksi jarak
pagar dari berbagai daerah di Indonesia, juga mengkoleksi beberapa spesies
jarak eksotik sebagai tanaman hias, diantaranya adalah J. multifida (jarak terompet atau
jarak gembung), J. integrerrima (jarak yodium atau wali songo), dan J.
glandulifera (jarak jitun atau jarak mangir).
Karena tanaman jarak tersebut masih dalam satu genus, fungsi
sebagai tanaman hias dapat dibuat dengan menyambung atau menempel spesies
yang satu dengan yang lainnya sehingga diperoleh tanaman hias yang unik dan
eksotis. Teknik penyambungan atau penempelan (grafting) dilakukan dengan cara
yang sangat sederhana, batang bawah dan batang atas dipilih dari spesies mana
yang diinginkan dengan syarat tanaman jarak yang akan disambung atau digrafting
telah berkayu (± berumur 3 bulan).
2.
Karakteristik
Pohon yodium ini
merupakan tumbuhan menaun dan termasuk tumbuhan semak yang mempunyai akar
tunggang. Tinggi tanaman bisa mencapai sekitar 2 meter. Mempunyai batang yang
bulat dan berkayu. Pangkal batangnya membesar. Seluruh bagian dari tumbuhan ini
bergetah dan bagian batang tampak jelas membekasnya dari batang daun yang telah
gugur. Ketika masih muda batang berwarna hijau dan setelah tua menjadi putih
kehijauan.
Tanaman ini berdaun tunggal dengan warna hijau
dan tersebar diseluruh batang. Daun berbentuk hati dengan ujung runcing dan
pangkal membulat. Bunga tanaman ini bunga majemuk berbentuk malai dan mempunyai
tangkai. Bunga muncul pada ujung cabang dengan panjang tangkai bunga sekitar
1,5 cm. batang bunga berwarna hijau dan jika tua berwarna coklat.
Sedangkan bunga
berwarna merah. Benang sari bunga ada delapan buah dan kepala sari berbentuk
tapak kuda disertai putik bunga tiga buah berukuran pendek. Tanaman ini
mempunyai biji yang berbentuk bulat. Ketika biji masih muda warnanya putih dan
akan menjadi berwarna coklat saat sudah tua.
Buah tanaman jarak pagar berbentuk bulat telur atau
elips dengan panjang
±
2.54 cm (Heller 1996; Akintayo 2004) dan diameter 2-4 cm. Buah jarak terbagi
menjadi
tiga ruang, masing-masing ruang berisi satu biji. Biji berbentuk bulat
lonjong
dan berwarna coklat kehitaman. Panjang biji 2 cm dengan ketebalan
sekitar
1 cm. Biji mengandung minyak dengan kandungan sekitar 30-50% (Heller
1996).
Gambar
2 : Bunga Jatropha multifida L.
3.
Kandungan
Rasa pohon yodium ini agak pahit dan bersifat netral. Kandungan kimia yang dimiliki tanaman ini adalah Kampesterol, alpha amirin, stigmaterol, 7 alpha-diol, HCN dan beta-sitosterol, sedang kandungan pada batangnya adalah alkaloid (yang disebut-sebut penggumpal darah), flavonoid, saponin dan tannin.
Rasa pohon yodium ini agak pahit dan bersifat netral. Kandungan kimia yang dimiliki tanaman ini adalah Kampesterol, alpha amirin, stigmaterol, 7 alpha-diol, HCN dan beta-sitosterol, sedang kandungan pada batangnya adalah alkaloid (yang disebut-sebut penggumpal darah), flavonoid, saponin dan tannin.
4. Khasiat dan Cara Penyembuhannya
1. Penyembuh bengkak akibat terpukul,
terkilir dan patah tulang ambil tujuh helai daun segar dan cuci hingga bersih,
lalu tumbuk sampai halus. Tambah dengan sedikit air hingga membentuk adonan dan
oleskan pada bagian yang sakit.
2. Penyembuh Luka berdarah ambil daun
segar atau batang dan oleskan getahnya pada luka baru yang sebelumnya luka
dicuci dengan bersih.
3. Mencegah dan mengobati kerusakan
gigi ambil satu butir bijinya, tumbuk
sampai halus dan seduh dengan segelas air panas. Gunakan untuk berkumur saat
sudah dingin selama 3 hingga 5 menit. Lakukan tiga kali sehari. Perawatan
tanaman yodium Perawatannya sangat mudah, hanya disiram rutin tiap hari dan
jaga kelembapan tanahnya. Bila ingin tumbuh subur beri pupuk organic dan beri
sinar matahari yang cukup.
5.
Daya anti bakteri getah Jatropha
multifida L. Terhadap pertumbuhan Staphylococcus
aureus dan
Streptococcus
mutans secara in vitro
Gambar 3: Daun Jatropha multifida L.
Tanaman
obat dapat berkhasiat pada tubuh melalui sistem endokrin, kardiovaskuler,
maupun pada sistem imun. Tanaman obat yang bekerja pada sistem imun tidak
langsung bekerja sebagai efektor dalam menghadapi penyebab penyakit, tetapi
melalui pengaturan sistem imun,
sehinggadigolongkan sebagai imunostimulator. Apabila tubuh mengalami infeksi
dan mendapat pengobatan imunostimulator, maka imunostimulator tidak langsung
memfagosit mikroorganisme, memacu sistem imun melalui mekanisme efektor sistem
imun. Luka adalah rusaknya kulit dan gangguan jaringan-jaringan yang berada di
dalamnya, seperti pembuluh darah, saraf, otot, selaput tulang dan kadang-kadang
tulang itu sendiri.Apabila terjadi luka dan diabaikan, maka dapat terjadi
infeksi
Mikroorganisme yang ada di sekeliling
luka dapat masuk ke dalam tubuh sehingga kulit, jaringan pengikat, otot, saraf,
pembuluh darah, tendon, dan selaput tulang dapat dijangkitinya. Getah jarak (Jatropha multifida L.) yang langsung
diambil dari tanamannya banyak digunakan oleh masyarakat Aceh untuk mengobati
luka baru. Kajian etnobotani jarak cina sebagai tanaman obat Kabupaten Pidie.
Zat aktif yang terkandung dalam tanaman tersebut antara lain flavonoid, tanin,
saponin dan alkaloid,enelitian terhadap manfaat tanaman obattersebut belum
dibuktikan secara ilmiah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi
getah jarak cina (Jatropha multifida ) penyembuhan luka terbuka.
Obat tradisional adalah media pengobatan yang menggunakan tanaman dengan kandungan
bahan-bahan alamiah sebagai bahan
bakunya. Metode ini sangat erat kaitannya dengan
tradisi nenek moyang pada
zaman dahulu, ketika proses
pengobatan masih dilakukan secara
primitif denganmenggunakan
berbagai jenis tanaman yang diyakini
mempunyai khasiat obat. Oleh karena itu, obat ini disebut dengan obat
tradisional. Berbagai jenis tanaman yang berkhasiat obat sebenarnya
banyak yang dapat diperoleh di sekitar
kita, seperti di halaman rumah, pinggir jalan
atau di dapur sebagai bahan atau bumbu masakan (Redaksi AgroMedia,
2006).
Pengobatan dengan menggunakan obat tradisional hasilnya memang tidak
secepat dengan obat-obatan pabrik. Waktu penyembuhan dengan obat
tradisional lebih lama jika dibandingkan dengan waktu
penyembuhan dengan pengobatan secara modern, karena sifat
pengobatan dengan obat tradisional adalah konstruktif. Artinya,
pengobatan dilakukan untuk
memperbaiki bagian yang terserang secara
perlahan, tetapi menyeluruh. Sedangkan pengobatan modern bersifat
destruktif. Artinya, pengobatan
dilakukan dengan cepat, karena menggunakan obat-obat
kimiawi dengan dosis cukup tinggi, belum tentu cocok
dan aman
untuk bagian tubuh lainnya (Redaksi AgroMedia, 2006).
Efek samping yang terkandung dalam obat
tradisional jarang jika dibanding dengan obat-obatan medis modern.
Alasannya, bahan bakunya sangat alami atau tidak bersifat kimiawi.
Selama mengikuti takaran yang dianjurkan, proses pembuatannya
higienis dan cara penyimpanan baik, niscaya efek samping negatif obat
tradisional tidak perlu dikhawatirkan. Dengan demikian, dalam membuat obat
tradisional harus benar-benar diperhatikan tata cara
pembuatan dan takarannya. Selain itu, cara pemakainnya
juga harus tepat, dipakai dengan cara
dioles, dibalutkan atau diminum (Redaksi
AgroMedia, 2006).
Salah satu tanaman yang dapat digunakan sebagai obat tradisional
adalah tanaman jarak cina (Jatropha multifida L.). Masyarakat sering
menyebutnya dengan nama Yodium. Tumbuhan ini sering ditemukan pada pagar-pagar.
Biasanya tanaman ini ditanam sebagai tanaman hias (Heyne,
1987). Selain itu, biji, daun dan batangnya sering
digunakan untuk mengobati luka
berdarah, mencegah dan mengobati kerusakan gigi seperti karies gigi (Hariana, 2008).
Serta, getahnya juga dapat digunakan untuk mengobati bisul (Atjung,
1985).
Staphylococcus aureus merupakan
salah satu bakteri penyebab bisul (Bonang dan Koeswardono,
1982). Bisul terjadi karena infeksi kulit
akibat bakteri Staphylococcus. Bakteri masuk ke
dalam kulit melalui kelenjar
minyak, kelenjar keringat dan kantong rambut. Infeksi yang ditimbulkan mengakibatkan
radang yang berisi nanah (Redaksi AgroMedia, 2008).
Staphylococcus aureus adalah
bakteri berbentuk kokus, bersifat gram positif, tidak
bergerak, ditemukan satu-satu,
berpasangan, berantai pendek atau bergerombol (Bonang dan Koeswardono,
1982). Staphylococcus aureus merupakan kuman yang patogen
dan sering menimbulkan infeksi rongga mulut, kulit dan hidung (Gupte,
1990).
Streptococcus mutans merupakan
salah satu bakteri yang dapat menimbulkan karies gigi (Jawetz, Melnick, dan
Adelberg, 1996). Streptococcus mutans termasuk ke dalam Streptococcus
viridans yang bersifat hemolitik-alfa atau nonhemolitik. Bakteri ini
merupakan bakteri yang paling umum sebagai flora normal pada saluran pernapasan
atas
dan berperan penting untuk mempengaruhi
kesehatan membran mukosa yang terdapat di sana. Streptococcus
mutans mensintesis banyak polisakarida seperti dekstran atau levans dari sukrosa dan
mempunyai peran penting pada proses
pembentukan karies gigi (Jawetz, Melnick dan Adelberg, 2005).
Karies gigi adalah suatu kerusakan gigi yang dimulai pada
permukaan gigi dan berkembang ke arah dalam. Mula-mula permukaan email yang
keseluruhannya nonseluler, mengalami demineralisasi. Hal ini terjadi akibat
pengaruh asam hasil peragian bakteri. Dekomposisi gigi dan semen yang terjadi
selanjutnya meliputi pencernaan matriks protein oleh bakteri ( Jawetz, Melnik,
dan Adelberg, 1996).
Jarak
cina memilki kandungan kimia yang bermanfaat yaitu a-amirin, kampesterol,
7a- diol, B-sitosterol, dan HCN. Batang jarak cina mengandung alkaloid,
saponin, flavonoid, tannin. Kandungan zat aktif tanaman jarak cina yang berupa
flavoid, tannin, saponin, dan alkaloid ini dapat berfungsi sebagai anti mikroba
( Prabaningtyas, Suarsini, Witjoro,2006).
Alkaloid
adalah senyawa pahit yang dapat memperlambat pertumbuhan bakteri ( Robinson.
1995). Saponin mempunyai alat seperti sabun yang dapat melarutkan kotoran,
dapat digunakan sebagai antiinflamasi (peradangan) dan anti mikroba ( Zakaria,
2008).
Flavonoid
berfungsi sebagai anti bakteri dengan cara membentuk senyawa kompleks terhadap
protein ekstraseluler yang mengganggu intregitas membran sel bakteri ( Cowan,
1999). Tanin mempunyai daya antibakteri dengan mempresipitasi protein secara
aktif dan merusak membran sel dengan cara menurunkan tegangan permukaannya (
Waluyo,2004).
Efektifitas
antibakteri terhadap spesies bakteri berbeda antara yang satu dengan yang lain.
Sensivitas setiap patogen terhadap suatu antibakteri harus diuji dengan
berbagai konsentrasi untuk menentukan tingkat konsentrasi yang menyebabkan
pertumbuhan bakteri tersebut terhambat atau mati. Dengan pengujian tersebut
dapat diketahui apakah bakteri tersebut masih sensitif atau telah resisten
terhadap suatu antibiotika. Uji itu berguna untuk menentukan pengobatan yang
kuat terhadap bakteri patogen penyebab penyakit infeksi.
Pengujian
tersebut biasanya dilakukan secara in vitro dengan menggunakan metode difusi
cakram atau dengan cara dilusi ( Tim Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya,2003).
Berdasarkan
uji pendahuluan yang telah dilakukan dengan menggunakan getah jarak cina ( Jatropha multifida L. ) pada konsentrasi
60%,70%,80%,90% dan 100% dapat berfungsi sebagai anti bakteri terhadap
pertumbuhan Staphylococcus aureus
dan Streptococcus mutans.
Berdasarkan
latar belakang tersbut, peneliti tertarik untk melakukan suatu penelitian
tentang “ Daya Antibakteri Getah Jarak Cina (Jatropha multifida L. ) Terhadap Pertumbuhan Staphylococcus aureus dan Streptococcus mutans secara In Vitro”.
6.
Analisis Bioprospek Jatropha
multifida L. dan Jatropha gossypifolia L. Sebagai Bahan Baku
Biodisel
Dunia saat ini menghadapi dua masalah
utama yaitu kelangkaan bahan bakar dan pemanasan global. Menurut World
Environment Forum, bumi diprediksi akan kehabisan bahan bakar minyak
berbasis fosil, batu bara dan gas dalam waktu kurang dari sepuluh dekade lagi.
Bahan bakar fosil diduga merupakan salah satu penyebab pemanasan global, karena
dapat meningkatkan emisi gas karbon dioksida yang menyebabkan kesetimbangan
karbon di alam menjadi rusak.
Biodisel merupakan salah satu bahan bakar alternatif yang
dapat mengurangi masalah tersebut. Biodisel bersifat terbarukan sehingga
menjamin ketersediaan bahan baker. Selain itu biodisel juga bersifat ramah
lingkungan karena dapat terurai dan dapat mengurangi emisi gas karbon dioksida.
Pada penelitian ini dilakukan analisis terhadap dua tanaman dari suku
Euphorbiaceae yaitu Jatropha multifida dan Jatropha gossypifolia untuk mengetahui
prospek spesies tersebut sebagai bahan baku biodisel.
Metode penelitian yang digunakan adalah analisis produktivitas
minyak dengan estimasi berat biji yang dihasilkan per hektar. Selanjutnya
minyak yang diperoleh dianalisis melalui penentuan asam lemak dengan alat GCMS
(Gas Cromatography Mass Spectrophotometer); penentuan angka penyabunan
dan penentuan angka asam dengan metode titrimetri; serta penentuan angka iod
dengan metode Hanus.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa produktivitas minyak Jatropha
multifida (0,26 ton/hektar) lebih tinggi daripada produktivitas Jatropha
gossypifolia (0,03 ton/hektar). Jatropha multifida juga memiliki
kandungan minyak yang lebih tinggi yaitu 41,40%, jika dibandingkan dengan kandungan
minyak pada Jatropha gossypifolia yang hanya 24,46%.
Hasil analisis GCMS menunjukkan bahwa minyak Jatropha
multifida memiliki komposisi senyawa yang lebih sedikit yaitu terdiri dari
7 senyawa, sedangkan komposisi minyak Jatropha gossypifolia terdiri dari
10 senyawa. Angka penyabunan minyak Jatropha multifida lebih tinggi
yaitu 221 mg KOH/g dibandingkan angka penyabunan Jatropha gossypifolia yang
hanya 197 mg KOH/g. Minyak Jatropha multifida memiliki angka asam (0,6
mg KOH/g) yang lebih rendah daripada angka asam Jatropha gossypifolia (6
mg KOH/g).
Akan tetapi, minyak Jatropha multifida memiliki angka
iod yang lebih tinggi yaitu 133 g-I2/100 g daripada angka iod minyak Jatropha
gossypifolia yaitu 129 g-I2/100 g. Berdasarkan hasil analisis kandungan
minyak, produktivitas minyak, penetapan angka penyabunan serta angka asam dapat
disimpulkan bahwa Jatropha multifida lebih berprospek untuk dikembangkan
sebagai bahan baku biodisel dibandingkan Jatropha gossypifolia.
Gambar 4 : Tanaman Jatropha multifida L.
7.
Analisis Keragaman
Keragaman tanaman secara umum dapat dikaji melalui
pendekatan morfologi, biokimia dan molekuler. Penanda morfologi merupakan wujud
nyata dari keragaman fenotipik. Namun penanda ini memiliki kelemahan karena
dipengaruhi oleh lingkungan. Keterbatasan penanda morfologi adalah hanya mampu
membedakan keragaman visual, untuk itu diperlukan penanda lainnya yang
diharapkan memberikan hasil yang lebih akurat.
Dasar dari penanda molekuler adalah polimorfisme
protein atau DNA. Terdapat berbagai penanda 10 DNA yang telah digunakan untuk
analisis keragaman seperti RAPD (Random Amplified Polymorphic DNA),
AFLP (Amplified Fragment Length Polymorphism), SSR (Simple
Sequence Repeat), ISSR (Inter Simple Sequence Repeats), RAF (Randomly
Amplified DNA Fingerprinting), dan analisis isozim.
RAPD merupakan marka dominan yang dapat
diaplikasikan pada sejumlah besar sampel dengan cara relatif sederhana, cepat,
dan murah. Penanda ini memiliki panjang primer 10 bp, yang dapat menempel
secara acak pada situs target homolognya dalam genom.
SSR digunakan sebagai penanda karena mudah dan
relatif murah (pada tahapan setelah ditemukan primer spesifiknya),
keberadaannya melimpah dan tersebar di seluruh genom tanaman, dan dengan sampel
dalam jumlah sedikit, mencukupi untuk amplifikasi dengan PCR (Ribaut et al.
2002).
ISSR merupakan marka yang berkembang lebih akhir
dibanding RAPD dan RFLP digunakan untuk mempelajari keragaman genetik pada
tanaman.
AFLP merupakan penggabungan dari RFLP dan RAPD,
berdasarkan pada amplifikasi PCR selektif fragmen restriksi dari pemotongan
total DNA genomik.
Isozim atau isoenzim adalah enzim yang mempunyai
bentuk polimorfik dalam suatu organisme atau spesies tanaman yang sama tetapi
mengkatalisis metabolisme yang sama.
8.
Perbanyakan Tanaman Jarak
Perbanyakan tanaman jarak cina ini dapat dilakukan secara generatif
dengan biji maupun vegetatif dengan stek batang. Perbanyakan
jarak pagar dapat dilakukan secara generatif dengan biji (biji) secara langsung
atau pembibitan sebelum penanaman) (Achten et al. 2008), secara
vegetatif dengan stek (Swamy dan Singh 2006; Fieke et al. 2007) atau
melalui kultur jaringan (in vitro) (Datta et al. 2007).
Eksplan yang dapat
digunakan dalam perbanyakan kultur jaringan jarak pagar yaitu bagian hipokotil,
epikotil, pucuk, daun, dan tangkai daun (Sujatha dan Mukta 1996; Wei Qin et
al. 2004). Perbanyakan vegetatif dapat berasal dari stek cabang maupun stek
pucuk. Penggunaan stek cabang sebagai bahan tanaman perlu memperhatikan
diameter, umur yang dicirikan dengan berkayu dan belum berkayu dan panjang
stek. Stek cabang yang cukup baik pertumbuhannya adalah stek yang berdiameter 2
cm, berkayu berwarna hijau keabu-abuan (Ferry 2006).
Menurut Santoso (2009) pertumbuhan dan
perkembangan tanaman jarak pagar yang berasal dari biji dan stek batang
memiliki pertumbuhan vegetatif (tinggi tanaman, jumlah daun dan jumlah cabang
skunder) yang sama. Tanaman berasal dari stek lebih cepat berbunga dibandingkan
tanaman dari biji. Namun menurut Heller (1996), perbanyakan tanaman dari stek
menunjukkan umur yang lebih pendek dan ketahanan kekeringan dan penyakit yang
lebih rendah dibanding tanaman yang diperbanyak dari biji.
Hal ini menurut Kumar
dan Sharma (2008) mungkin disebabkan tanaman yang dihasilkan dari stek tidak
menghasilkan akar tunggang. Tanaman dari stek menghasilkan akar-tunggang palsu
yang dapat menembus hanya 1/2 atau 2/3 kedalaman tanah dibandingkan akar
tunggang yang dihasilkan tanaman yang tumbuh dari biji. Sebagai tanaman
menyerbuk silang, tanaman jarak pagar membutuhkan agensia polinator (biasanya
serangga) untuk memfasilitasi terjadinya penyerbukan silang. Aktivitas
polinator yang tinggi akan mendukung terjadinya persilangan antar indvidu
tanaman (Heliyanto 2007).
Adikadarsih dan Hartono
(2007) mengemukakan bahwa penggunaan biji jarak pagar untuk benih harus berasal
dari buah yang berwarna kuning hingga kuning kehitaman karena memiliki daya
berkecambah dan daya tumbuh yang tinggi yaitu masing-masing 89% dan 81%. Biji
jarak pagar merupakan biji berkeping dua (dikotil). Secara umum biji jarak
tersusun atas kulit dan isi biji yang di dalamnya terdapat embrio. Proporsi
kulit menempel sekitar 28.82% dari biji, dan isi sekitar 71.19%. Isi biji
terdiri atas embrio, kotiledon atau daun bji dan endosperma (Santoso et al.
2007).
Tanaman jarak pagar termasuk dalam famili Euphorbiacae, di mana genus
Jatropha memiliki 175 spesies. Dari jumlah tersebut lima spesies ada di Indonesia, yaitu Jatropha
curcas L dan Jatropha gossypiifolia yang sudah digunakan
sebagai tanaman obat. sedangkan Jatropha
integerrima Jacq, Jatropha multifida dan Jatropha
podagrica Hook digunakan sebagai tanaman hias. Dalam perkembangan dewasa
ini, species Jatropha curcas L. menarik minat karena sifat minyaknya
yang dapat digunakan untuk substitusi minyak diesel dan dapat dimanfaatkan
sebagai bahan biodiesel.